LarutanElektrolit dan Non elektrolit merupakan sifat larutan berdasarkan daya hantar listriknya. Larutan elektrolit sendiri adalah larutan di mana zatnya mampu menghantarkan arus listrik, sedangkan non elektrolit sebaliknya. Hal ini disebabkan karena larutan elektrolit terdapat ion-ion bebas yang berfungsi sebagai penghantar listrik.
Sunday 24 October 2021. Makalah LARUTAN NON ELEKTROLIT
Laporan Praktikum Larutan Elektrolit dan Non ElektrolitLaporan Praktikum Larutan Elektrolit dan Non ElektrolitLaporan Praktikum Larutan Elektrolit dan Non ElektrolitLaporan Praktikum Larutan Elektrolit dan Non ElektrolitHantaran listrik melalui larutan dapat ditunjukkan oleh alat penguji seperti gambar Related PapersKimia SMA kelas X, Laporan, Praktikum, Larutan elektrolit dan non elektrolit, uji larutanDalam kehidupan sehari-hari sangat sering terjadi reaksi kimia di sekeliling kita, namun hal itu jarang diketahui oleh setiap orang. Mulai dari pemakaian batrai sampai kepada hal yang sangat sering kita jumpai yaitu pemurnian logam dan emas. Menggunakan batrai ataupun memurnikan logam tak lepas dari reaksi kimia. Karena melalui reaksi kimia itulah dapat di lakukan pemurnian ataupun hal semacamnya. Bukan hanya melihat hasilnya, namun kita pasti juga ingin mengetahui reaksi apa saja yang berperan dalam reaksi tersebut. Maka dari itu kami melakukan praktikum tentang reaksi kimia terkhususnya pada reaksi sel volta dalam reaksi kimia.
Namaalat jumlah alat uji elektrolit 1 set gelas kimia 1 buah b. Tujuan praktikum mengetahui dan membedakan larutan elektrolit dan larutan non elektrolit. Ade tricia miranda. Proses terbentuknya ion positif dan negatif dari suatu zat yang dilarutkan ke dalam air. Laporan praktikum larutan elektrolit dan non elektrolit.
Untuklebih jelas lagi tentang hubungan sifat elektrolit dengan ikatan kimia, silakan perhatikan bagan berikut ini. Dari bagai di atas dapat diketahui bahwa senyawa ionik dapat membentuk larutan elektrolit kuat sedangkan senyawa kovalen dapat membentuk larutan elektrolit kuat, elektrolit lemah dan nonelektrolit.
Larutan Elektrolit dan Non Elektrolit from Larutan adalah campuran homogen seragam dari dua atau lebih zat yang membentuk satu fase. Larutan dapat dibedakan menjadi dua jenis, yaitu larutan elektrolit dan non-elektrolit. Larutan elektrolit adalah larutan yang mengandung ion-ion yang dapat menghantarkan arus listrik. Sedangkan, larutan non-elektrolit adalah larutan yang tidak mengandung ion-ion yang dapat menghantarkan arus listrik. Karakteristik Larutan Elektrolit dan Non-Elektrolit Larutan elektrolit memiliki beberapa karakteristik seperti mudah terionisasi dalam air, dapat menghantarkan arus listrik, dan dapat mengalami elektrolisis. Sedangkan, larutan non-elektrolit tidak dapat menghantarkan arus listrik, tidak terionisasi dalam air, dan tidak dapat mengalami elektrolisis. Contoh Larutan Elektrolit dan Non-Elektrolit Contoh larutan elektrolit adalah larutan asam klorida HCl, larutan garam natrium klorida NaCl, dan larutan asam sulfat H2SO4. Sedangkan, contoh larutan non-elektrolit adalah larutan gula sukrosa, larutan alkohol etanol, dan larutan urea. Pengaruh Larutan Elektrolit dan Non-Elektrolit Terhadap Sifat Koligatif Larutan Sifat koligatif larutan adalah sifat yang tergantung pada jumlah partikel zat terlarut dalam pelarut. Larutan elektrolit memiliki pengaruh yang lebih besar pada sifat koligatif larutan dibandingkan dengan larutan non-elektrolit. Hal ini disebabkan oleh adanya ion-ion yang terdapat dalam larutan elektrolit yang dapat mengganggu kerja pelarut. Pengaruh Larutan Elektrolit dan Non-Elektrolit Terhadap Konduktivitas Termal Konduktivitas termal adalah kemampuan suatu zat untuk menghantarkan panas. Larutan elektrolit memiliki konduktivitas termal yang lebih besar dibandingkan dengan larutan non-elektrolit. Hal ini disebabkan oleh adanya ion-ion yang dapat menghantarkan panas dalam larutan elektrolit. Kelebihan dan Kekurangan Larutan Elektrolit dan Non-Elektrolit Kelebihan dari larutan elektrolit adalah dapat digunakan dalam proses elektrolisis dan dapat digunakan sebagai elektrolit pada sel elektrokimia. Sedangkan, kelebihan dari larutan non-elektrolit adalah dapat digunakan dalam proses kristalisasi dan menjadi bahan baku pembuatan obat-obatan. Kekurangan dari larutan elektrolit adalah dapat menyebabkan korosi pada logam dan dapat merusak bahan organik. Sedangkan, kekurangan dari larutan non-elektrolit adalah tidak dapat digunakan dalam proses elektrolisis dan tidak dapat digunakan sebagai elektrolit pada sel elektrokimia. Kesimpulan Larutan elektrolit dan non-elektrolit memiliki perbedaan karakteristik dan pengaruh terhadap sifat koligatif larutan serta konduktivitas termal. Kelebihan dan kekurangan dari kedua jenis larutan juga perlu diperhatikan dalam penggunaannya. Oleh karena itu, pemahaman tentang larutan elektrolit dan non-elektrolit sangat penting dalam bidang kimia.
3Garam-garam yang sukar larut, seperti : Agcl, cacro4, PbI2, dan lain-lain. 2.Larutan non elektrolit Larutan non elektrolit adalah larutan yang tidak dapat menghantarkan arus listrik, karena zat terlarutnya didalam pelarut tidak dapat menghasilkan ion-ion (tidak mengion) tergolong kedalam jenis ini. Misalnya : a.Larutan urea b.Larutan sukrosa
Elektrolitadalah zat kimia yang menghasilkan partikel-partikel bermuatan listrik yang disebut ion jika berada dalam larutan. Cairan dan elektrolit masuk ke dalam tubuh melalui makanan, minuman, dan cairan intravena (IV) dan didistribusi ke seluruh bagian tubuh. Adapun edema yang disebabkan oleh retensi cairan hanya menimbulkan edema non
Mengacukepada pendeskripsian sifat-sifat larutan, metode pengukuran dan terapannya, sehingga diperlukan adanya percobaan uji larutan elektrolit. Didalam percobaan ini akan dipaparkan tentang larutan elektrolit dan non elektrolit,perbedaan elektrolit kuat, lemah dan non elektrolit berdasarkan percobaan, penyebab adanya larutan yang menghantarkan listrik dan jenis-jenis senyawa yang termasuk
Larutan Elektrolit dan Non Elektrolit from Pengertian dan Perbedaan Larutan Elektrolit dan Non Elektrolit Larutan adalah campuran homogen dari dua atau lebih zat kimia. Ada dua jenis larutan yaitu larutan elektrolit dan larutan non elektrolit. Larutan elektrolit adalah larutan yang mengandung ion-ion yang mampu menghantarkan arus listrik. Sedangkan larutan non elektrolit adalah larutan yang tidak mengandung ion atau tidak mampu menghantarkan arus listrik. Perbedaan ini terjadi karena adanya pemisahan senyawa menjadi ion-ion atau tidak. Senyawa yang dapat terionisasi seperti asam, basa, dan garam merupakan senyawa elektrolit. Senyawa non elektrolit biasanya merupakan senyawa kovalen yang tidak terionisasi. Karakteristik Larutan Elektrolit dan Non Elektrolit Larutan Elektrolit Karakteristik larutan elektrolit adalah dapat menghantarkan arus listrik dan memiliki kemampuan untuk terurai menjadi ion-ion. Larutan elektrolit terdiri dari tiga jenis yaitu elektrolit kuat, elektrolit lemah, dan elektrolit cairan ionik. Elektrolit kuat adalah elektrolit yang dapat terionisasi secara sempurna dalam larutan. Elektrolit lemah adalah elektrolit yang hanya dapat terionisasi sebagian dalam larutan. Sedangkan elektrolit cairan ionik adalah elektrolit yang berupa cairan yang mengandung ion-ion yang bergerak bebas. Larutan Non Elektrolit Karakteristik larutan non elektrolit adalah tidak dapat menghantarkan arus listrik dan tidak memiliki kemampuan untuk terurai menjadi ion-ion. Beberapa contoh senyawa non elektrolit yaitu asam asetat, glukosa, gula pasir, dan alkohol. Larutan non elektrolit biasanya merupakan senyawa kovalen polar atau non polar. Senyawa non polar memiliki titik didih dan titik leleh yang rendah sehingga mudah menguap dan tidak zat cairan yang lengket. Keberadaan Larutan Elektrolit dan Non Elektrolit dalam Kehidupan Sehari-hari Larutan elektrolit dan non elektrolit dapat ditemukan dalam kehidupan sehari-hari. Beberapa contoh larutan elektrolit seperti larutan garam, larutan asam, dan larutan basa. Larutan garam digunakan sebagai bahan tambahan pada makanan untuk memberikan rasa dan aroma. Larutan asam dan basa digunakan dalam pengolahan makanan dan minuman seperti pada pembuatan minuman bersoda. Contoh dari larutan non elektrolit yaitu larutan gula, larutan glukosa, dan larutan sukrosa. Larutan gula dan sukrosa digunakan sebagai bahan tambahan pada makanan yang manis seperti kue dan minuman. Sedangkan larutan glukosa digunakan sebagai bahan tambahan pada minuman olahraga untuk memberikan energi. Pengaruh Larutan Elektrolit dan Non Elektrolit dalam Lingkungan Larutan elektrolit dan non elektrolit juga mempengaruhi lingkungan. Pada lingkungan perairan, larutan elektrolit seperti larutan garam dapat mempengaruhi kelarutan oksigen dalam air. Semakin tinggi konsentrasi larutan garam, maka semakin rendah kelarutan oksigen dalam air. Sedangkan larutan non elektrolit seperti larutan gula tidak mempengaruhi kelarutan oksigen dalam air. Selain itu, larutan elektrolit juga dapat mempengaruhi pH lingkungan. Larutan asam dan basa merupakan contoh larutan elektrolit yang dapat mempengaruhi pH lingkungan. Sedangkan larutan non elektrolit seperti air tidak mempengaruhi pH lingkungan. Penutup Dalam kehidupan sehari-hari, larutan elektrolit dan non elektrolit memiliki peran penting. Larutan elektrolit dapat menghantarkan arus listrik dan mempengaruhi pH lingkungan. Sedangkan larutan non elektrolit tidak dapat menghantarkan arus listrik dan tidak mempengaruhi pH lingkungan. Oleh karena itu, penting untuk memahami perbedaan antara larutan elektrolit dan non elektrolit serta pengaruhnya dalam kehidupan sehari-hari dan lingkungan sekitar kita.
Zatterlarut yang ada didalam cairan tubuh terdiri dari elektrolit dan non elektrolit. Non elektrolit adalah zat terlarut yang tidak terlarut dan tidak bermuatan listrik yang terdiri dari protein, urea, glukosa, oksigen, karbon dioksida dan asam-asam organik lainnya. Elektrolit tubuh terdiri dari natrium (Na+), kalium (K+), kalsium (Ca2
Larutannon elektrolit tidak dapat menyalakan lampu atau menghasilkan gas pada elektroda. Larutan elektrolit ini dibedakan atas : 1. ELEKTROLIT KUAT. Larutan elektrolit kuat adalah larutan yang mempunyai daya hantar listrik yang kuat, karena zat terlarutnya didalam pelarut (umumnya air), seluruhnya berubah menjadi ion-ion (alpha = 1).
Practicum guides that usually exist in school was student workbook taken from chemistry book that were too a lead and not using a learning model so that it did not motivate students to think creatively. Therefore, it was necessary a teaching material design that completing learning model. It was a Practicum module Problem Based Learning based. This research aimed at knowing the validity, prcaticality levels and student respond toward practicum module produced. It was a Research and Development R&D with Borg and Gall model. Subject of this research were a lecturer of material expert, a lecurer of media expert, two teacher of chemistry and tenth students at the Eleventh Grade of MIA at State Senior High School 2 Kuok. The object of this reserach were practicum module Problem Based Learning PBL based on electrolyte solution and non electrolyte lesson. Validity test questionnaire and practicality test questionnaire and student respond questionnaire were the techniques of collecting the data. Data analysis was done by using Descriptive qualitative and quantitative analysis techniques. The result of data analysis shows that the validity level of practicum module Problem Based Learning PBL Based was Very valid and the practicality level was Very practice. Based on this research, it could be concluded that the Practicum Module Problem Based Learning PBL Based on Electrolyte Solution and Non Electrolyte Lesson were valid and practice and got a good student respond to be used as teaching material in practical activity at school. Keywords Practicum Module, Problem Based Learning, Electrolyte Solution and Non Electrolyte Lesson. Discover the world's research25+ million members160+ million publication billion citationsJoin for free Mutiya, E. Yenti & N. Afrianis ISSN 2549-1679 Konfigurasi, Volume 3, Nomor 1, 2019 46 DESAIN MODUL PRAKTIKUM BERBASIS PROBLEM BASED LEARNING PBL PADA MATERI LARUTAN ELEKTROLIT DAN NON ELEKTROLIT Mutiya1, Elvi Yenti2, Neti Afrianis3 1 Fakultas Tarbiyah dan Keguruan, Universitas Islam Negeri Sultan Syarif Kasim Riau Email mutiyaraaa 2 Fakultas Tarbiyah dan Keguruan, Universitas Islam Negeri Sultan Syarif Kasim Riau Email elviyenti10 3 Fakultas Tarbiyah dan Keguruan, Universitas Islam Negeri Sultan Syarif Kasim Riau Email netiafrianis23 Abstract Practicum guides that usually exist in school was student workbook taken from chemistry book that were too a lead and not using a learning model so that it did not motivate students to think creatively. Therefore, it was necessary a teaching material design that completing learning model. It was a Practicum module Problem Based Learning based. This research aimed at knowing the validity, prcaticality levels and student respond toward practicum module produced. It was a Research and Development R&D with Borg and Gall model. Subject of this research were a lecturer of material expert, a lecurer of media expert, two teacher of chemistry and tenth students at the Eleventh Grade of MIA at State Senior High School 2 Kuok. The object of this reserach were practicum module Problem Based Learning PBL based on electrolyte solution and non electrolyte lesson. Validity test questionnaire and practicality test questionnaire and student respond questionnaire were the techniques of collecting the data. Data analysis was done by using Descriptive qualitative and quantitative analysis techniques. The result of data analysis shows that the validity level of practicum module Problem Based Learning PBL Based was Very valid and the practicality level was Very practice. Based on this research, it could be concluded that the Practicum Module Problem Based Learning PBL Based on Electrolyte Solution and Non Electrolyte Lesson were valid and practice and got a good student respond to be used as teaching material in practical activity at school. Keywords Practicum Module, Problem Based Learning, Electrolyte Solution and Non Electrolyte Lesson. 1. PENDAHULUAN Ilmu kimia termasuk ke dalam salah satu ilmu pengetahuan. Ilmu kimia merupakan ilmu yang diperoleh dan dikembangkan berdasarkan eksperimen yang mencari jawaban atas pertanyaan apa, mengapa dan bagaimana gejala-gejala alam khususnya yang berkaitan dengan komposisi, struktur dan sifat zat [1]. Ketika peserta didik mempelajari kimia, mereka dituntut untuk tidak hanya memahami secara teoritis, namun juga secara empiris melalui prosedur praktikum yang nyata sehingga kemampuan kognitif peserta didik juga didukung dengan kemampuan psikomotorik dan afektif yang baik [2]. Mata pelajaran kimia sangat terkait sinergis antara pemaparan konsep di kelas dengan kegiatan praktikum di laboratorium untuk menentukan keberhasilan dan kebermaknaannya [3]. Pembelajaran bermakna tidak hanya dapat terbentuk dalam kegiatan belajar mengajar di kelas, tapi juga melalui kegiatan praktikum [4]. Setelah peserta didik mempelajari suatu konsep, mereka dapat membuktikan kebenaran konsep tersebut dengan melakukan praktikum, Banyak peneliti dibidang pendidikan sains mengakui bahwa studi laboratorium meningkatkan minat dan kemampuan siswa serta dapat mengembangkan aspek kognitif, Mutiya, E. Yenti & N. Afrianis ISSN 2549-1679 Konfigurasi, Volume 3, Nomor 1, 2019 Page 47 afektif, dan psikomotorik peserta didik dalam mencapai tujuan praktikum. Oleh karena itu, tenaga pendidik sains disarankan untuk menerapkan kegiatan praktikum dalam proses pembelajaran karena banyaknya manfaat yang dapat diperoleh peserta didik dalam melakukan praktikum [2]. Metode praktikum dapat mengaitkan konsep pembelajaran yang menekankan pada keterkaitan antara materi pembelajaran dengan kehidupan peserta didik secara nyata. Salah satu materi pembelajaran kimia yang menggunakan metode praktikum yaitu larutan elektrolit dan non elektrolit. Dalam kegiatan praktikum larutan elektrolit dan non elektrolit, alat yang digunakan merupakan alat yang sederhana dan bisa dirakit sendiri oleh peserta didik, sedangkan bahan yang digunakan dapat ditemukan di lingkungan sekitar kita seperti air perasan jeruk nipis, larutan cuka, larutan gula, dan larutan garam. Model yang tepat digunakan untuk menghasilkan pembelajaran bermakna dalam praktikum yaitu pembelajaran berbasis masalah problem based learning. Pembelajaran berbasis masalah mengajarkan siswa untuk memulai kegiatan pembelajaran dengan suatu permasalahan yang harus dipecahkan, sehingga menghasilkan pengetahuan yang baru [4]. Pelaksanaan model PBL terdiri dari lima langkah utama yaitu orientasi siswa pada masalah, pengorganisasian siswa untuk belajar, penyelidikan individu maupun kelompok, pengembangan dan penyajian hasil, serta kegiatan analisis dan evaluasi [5]. Model PBL diawali dengan penyajian masalah, kemudian siswa mencari dan menganalisis masalah tersebut melalui percobaan langsung atau kajian ilmiah. Oleh karena itu, untuk memfasilitasi kegiatan belajar peserta didik dibutuhkan suatu bahan ajar yang dapat meningkatkan kreatifitas dan pemahaman peserta didik terhadap materi pelajaran. Salah satu bahan ajar yang dapat digunakan adalah modul. Modul adalah bahan ajar yang disusun secara sistematis dan menarik yang mencakup isi materi, metode dan evaluasi yang dapat digunakan secara mandiri untuk mencapai kompetensi yang diharapkan [6]. Berdasarkan hasil wawancara dengan guru kimia di SMA Negeri 2 Kuok, kegiatan praktikum belum bisa dilaksanakan secara maksimal karena belum tersedianya penuntun praktikum yang dapat membantu mengarahkan peserta didik untuk berpikir kreatif ketika praktikum. Selama ini, bahan ajar yang digunakan guru untuk kegiatan praktikum berupa lembar kerja siswa yang diambil dari beberapa buku yang tidak dilengkapi dengan model pembelajaran dan bersifat terlalu menuntun, sehingga kurang memotivasi peserta didik untuk berpikir kreatif. Kendala yang tak kalah pentingnya adalah terbatasnya persediaan alat dan bahan kimia, karena harganya yang mahal dan juga beberapa bahan kimia yang saat ini tidak dijual secara bebas. Untuk mengatasi masalah tersebut, perlu didesain suatu penuntun praktikum dalam bentuk sebuah modul praktikum yang dilengkapi dengan model pembelajaran sehingga dapat membantu mengarahkan peserta didik dalam kegiatan praktikum dan juga dapat memotivasi peserta didik dalam berpikir kreatif. Modul praktikum yang dikembangkan berbasis masalah problem based learning, dimana modul praktikum tersebut dirancang berdasarkan tahap-tahap model problem based learning. Modul praktikum yang didesain dilengkapi dengan suatu masalah yang harus dicari dan dipecahkan oleh peserta didik. Dimana peserta didik mencari sendiri konsep materi yang berkaitan dengan masalah yang disajikan, setelah itu peserta didik dapat membuktikan konsep yang didapat dengan melakukan kegiatan praktikum. Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Desy Rosmalinda, didapatkan hasil bahwa siswa memberikan respon positif terhadap modul praktikum kimia SMA yang dikembangkan dan modul dapat diterapkan pada siswa dengan kemampuan kognitif yang berbeda [4]. Selain itu, penelitian yang dilakukan oleh Kristianita Sunaringtyas, Sulistyo Saputro, dan Mohammad Masykuri, menunjukkan bahwa modul kimia problem based learning layak digunakan dalam proses pembelajaran, modul kimia problem based learning efektif untuk meningkatkan hasil Mutiya, E. Yenti & N. Afrianis ISSN 2549-1679 Konfigurasi, Volume 3, Nomor 1, 2019 Page 48 belajar pengetahuan, keterampilan, dan sikap [7]. Berdasarkan uraian diatas, peneliti melakukan penelitian yang berjudul “Desain Modul Praktikum Berbasis Problem Based Learning PBL pada Materi Larutan Elektrolit dan Non Elektrolit”. Adapunn tujuan dilakukannya penelitian ini adalah untuk mengetahui tingkat validitas, praktikalitas, dan respon peserta didik terhadap modul praktikum berbasis problem based learning PBL. 2. METODE PENELITIAN Penelitian ini termasuk ke dalam jenis penelitian pengembangan atau Research and Development R & D. Desain modul praktikum ini menggunakan model Borg & Gall yang terdiri dari 10 tahap penelitian dan pengembangan, yaitu 1 riset dan pengumpulan informasi, 2 perencanaan, 3 pengembangan produk awal, 4 uji lapangan produk awal, 5 revisi produk awal, 6 uji lapangan produk dalam skala yang lebih luas, 7 revisi produk, 8 uji lapangan pada skala yang lebih luas, 9 revisi akhir produk berdasarkan hasil analisis data pada uji lapangan akhir, dan 10 desiminasi dan melaporkan produk akhir hasil penelitian dan pengembangan [8]. Namun penelitian ini terbatas sampai pada tahap ke 5, yaitu revisi produk berdasarkan hasil uji lapangan produk awal. Penelitian dilaksanakan pada semester ganjil tahun ajaran 2018/2019 di SMA Negeri 2 Kuok. Subjek dalam penelitian ini adalah validator dan responden. Validator terdiri dari 1 dosen ahli materi pembelajaran, 1 dosen ahli media pembelajaran, dan 2 guru kimia SMA Negeri 2 Kuok. Sedangkan responden terdiri dari 10 peserta didik kelas XI MIA 1 SMA Negeri 2 Kuok. Sedangkan objek dalam penelitian ini adalah modul praktikum berbasis problem based learning PBL pada materi larutan elektrolit dan non elektrolit. Teknik pengumpuan data terdiri dari 1 wawancara dengan guru bidang studi kimia untuk menentukan kendala atau permasalahan yang dialami di sekolah. 2 Angket, angket yang digunakan disusun berdasarkan skala likert, diantaranya berupa angket uji validitas oleh ahli materi dan ahli media pembelajaran, angket uji praktikalitas oleh guru, dan angket respon peserta didik. 3 Dokumentasi, dokumentasi dalam penelitian ini berupa data yang mendukung penelitian lainnya. Tabel 1. Skala Angket Penelitian [9]. Teknik analisis data yang digunakan adalah teknik analisis data deskriptif kualitatif dan teknik analisis deskriptif kuantitatif. Analisis deskriptif kualitatif dilakukan dengan mengelompokkan informasi-informasi dari data kualitatif yang berupa masukan, kritik, dan saran perbaikan yang terdapat pada angket. [10]. Teknik analisis deskriptif kualitatif digunakan untuk mengolah data hasil penilaian berupa komentar dan saran oleh validator dan responden yang kemudian dianalisis secara deskriptif. Sedangkan Analisis deskriptif kuantitatif dilakukan dengan cara menganalisis data kuantitatif berupa angka [10]. Teknik analisis deskriptif kuantitatif digunakan untuk menganalisis data hasil penilaian angket oleh validator dan responden. Tabel 2. Kriteria Penilaian [9]. 3. HASIL DAN PEMBAHASAN Penelitian ini menghasilkan produk berupa modul praktikum berbasis problem based learning PBL pada materi larutan elektrolit dan non elektrolit. Modul praktikum didesain menggunakan model Borg and Gall yang disederhanakan sesuai kebutuhan penelitian, sehingga dilakukan hanya sampai lima tahap penelitian dan pengembangan, yaitu 1 riset dan pengumpulan informasi, 2 perencanaan, 3 Mutiya, E. Yenti & N. Afrianis ISSN 2549-1679 Konfigurasi, Volume 3, Nomor 1, 2019 Page 49 pengembangan produk awal, 4 uji lapangan produk awal, 5 revisi produk awal. Data hasil dari setiap tahapan yang dilakukan dijabarkan sebagai berikut. a. Riset dan Pengumpulan Informasi Pada tahap penelitian dan pengumpulan data ini, peneliti melakukan studi literatur mengenai modul praktikum kimia dengan cara mengumpulkan informasi dari jurnal maupun buku yang berkaitan dengan modul praktikum berbasis problem based learning pada materi larutan elektrolit dan non elektrolit. Selanjutnya peneliti melakukan observasi berupa wawancara dengan guru kimia di SMA Negeri 2 Kuok. Dari hasil wawancara tersebut diperoleh informasi mengenai kegiatan praktikum dan bahan ajar yang digunakan sebagai panduan melakukan suatu kegiatan praktikum. Pelaksanaan praktikum di SMA Negeri 2 Kuok sudah sesuai dengan kompetensi dasar, namun bahan ajar yang digunakan sebagai panduan praktikum peserta didik masih bersifat sangat menuntun dan tidak dilengkapi dengan model pembelajaran. Sehingga peserta didik kurang memiliki kesempatan untuk berpartisipasi secara aktif, serta kurang melatih kemampuan berfikir peserta didik guna memperoleh pengetahuan dan konsep secara mandiri. Oleh karena itu, peneliti menemukan solusi dengan membuat bahan ajar berupa modul praktikum berbasis problem based learning. b. Perencanaan Berdasarkan informasi yang didapatkan dari hasil observasi dan wawancara, maka selanjutnya peneliti membuat rancangan produk dimulai dari pemilihan bahan ajar yaitu modul, pemilihan format, selanjutnya membuat desain awal modul. Pada tahap perencanaan ini dilakukan beberapa hal, diantaranya 1 analisis kurikulum agar modul praktikum yang didesain akurat dan tidak menyimpang dengan silabus dari Permendikbud, 2 penyusunan kerangka struktur modul praktikum dengan menentukan sistematika format penulisan draf modul praktikum, 3 mengumpulkan referensi sebagai bahan penulisan modul praktikum, 4 menulis modul praktikum, 5 mengevaluasi hasil tulisan, dan 6 memperbaiki modul praktikum. Selain itu, juga dilakukan penyusunan instrumen-instrumen yang diperlukan selama penelitian, berupa angket uji validitas ahli materi pembelajaran, angket uji validitas ahli media pembelajaran, angket uji praktikalitas oleh guru, dan angket respon peserta didik. c. Pengembangan Produk Awal Tahap pengembangan merupakan tahap validasi instrumen dan validasi modul praktikum guna mendapatkan modul yang valid untuk di uji cobakan. Modul praktikum divalidasi oleh validator untuk seluruh indikator yang terdapat di dalam lembar penilaian. Validasi ini dilakukan oleh 3 validator ahli dosen kimia. Validator ahli terdiri dari 1 validator instrumen, 1 validator ahli materi dan 1 validator ahli media. Instrumen-instrumen yang telah dirumuskan divalidasi oleh dosen ahli instrumen yaitu Ibu Elvi Yenti, Proses validasi instrumen dilakukan sebanyak 2 tahap, yaitu validasi instrumen awal dan validasi instrumen setelah revisi. Validasi ini bertujuan untuk mendapatkan modul praktikum yang valid dan dapat di uji kepraktisannya ke guru dan peserta didik. Adapun kriteria dari kevalidan suatu bahan ajar berupa modul dapat diketahui dari empat komponen, yaitu komponen isi, komponen kebahasaan, komponen penyajian, dan komponen kegrafikan [11]. 1 Komponen Isi Komponen isi merupakan penilaian terhadap isi modul praktikum yang telah didesain. Modul harus menggambarkan KD yang akan dicapai oleh peserta didik [11]. Penulisan KI dan KD ini sangatlah penting dalam buku ajar, karena akan memberikan gambaran yang utuh kepada peserta didik terhadap materi yang hendak dipelajari [12]. 2 Komponen Kebahasaan Komponen kebahasaan merupakan penilaian mengenai pemilihan kata dan penggunaan bahasa di dalam modul praktikum yang baik dan benar sesuai Ejaan Yang Disempurnakan EYD. Untuk menghasilkan suatu bahan ajar yang baik, perlu dilakukannya Mutiya, E. Yenti & N. Afrianis ISSN 2549-1679 Konfigurasi, Volume 3, Nomor 1, 2019 Page 50 evaluasi terhadap komponen kebahasaan yang terdiri atas keterbacaan kesesuaian dengan kaidah Bahasa Indonesia yang baik dan benar dan pemanfaatan bahasa yang jelas dan singkat [11]. 3 Komponen Penyajian Komponen penyajian merupakan komponen-komponen yang ada di dalam modul yang disajikan secara sistematis dan jelas. Menurut BSNP ada beberapa unsur yang ada di dalam bahan ajar seperti pembangkit motivasi belajar, pengantar, glosarium, daftar pustaka, dan rangkuman [13]. Penilaian kevalidan suatu modul juga tampak pada penyusunan secara sistematis dan rinci terhadap konsep-konsep yang disajikan. Hal ini menunjukkan bahwa materi dalam buku ajar yang dikembangkan telah mencerminkan dan menyajikan materi yang sesuai dengan tujuan yang hendak dicapai dari standar kompetensi dan kompetensi dasar [12]. 4 Komponen Kegrafikan Menurut Badan Standar Nasional Pendidikan BSNP mengenai instrumen penilaian buku teks pelajaran, komponen kegrafikan merupakan penilaian modul yang memiliki indikator penilaian terdiri dari ukuran modul, desain sampul modul dan desain isi modul [13]. Setelah dilakukan validasi instrumen, maka barulah dilakukan validasi produk awal dengan beberapa kegiatan, diantaranya 1 Validasi oleh Ahli Materi Pembelajaran Validasi ahli materi bertujuan untuk menilai komponen isi, komponen kebahasaan, komponen penyajian dan komponen PBL dalam modul praktikum. Validator ahli materi pembelajaran yang memvalidasi modul praktikum terdiri dari 1 orang dosen pendidikan kimia UIN Suska Riau, yaitu Ibu Ira Yulia, Proses validasi dilakukan dengan memberikan produk awal modul praktikum dan lembar validasi berupa angket uji validitas kepada modul praktikum oleh ahli materi dilakukan 2 tahap, yaitu validasi awal dan validasi setelah revisi. Hasil validasi materi oleh validator materi tahap pertama, komponen isi didapatkan nilai rata-rata 80,0%, komponen penyajian didapatkan nilai 85,0%, komponen bahasa yang digunakan didapatkan nilai 80,0% dan komponen problem based learning didapatkan nilai 100% dengan rata-rata keseluruhan 83,1% dengan kriteria sangat valid. Walaupun demikian masih ada saran atau masukkan dari validator ahli materi untuk perbaikan modul. Adapun Komentar dan saran dari validator adalah sebagai berikut. Tabel 3. Komentar dan Saran Ahli Materi Bagian pada Modul Praktikum a. Tata tertib laboratorium Perbaiki penulisan, simbol, lambang dan istilah. Buat langkah kerja praktikum pada halaman 15 Modul praktikum kemudian direvisi dan berdasarkan hasil penilaian materi oleh validator ahli materi tahap kedua terhadap modul praktikum berbasis problem based learning diperoleh persentase rata-rata total adalah 89,5% dengan kriteria sangat valid. Ini berarti bahwa modul praktikum sangat valid. 2 Validasi oleh Ahli Media Pembelajaran Validasi ahli media bertujuan untuk menilai komponen kegrafikan modul praktikum. Validator ahli media pembelajaran yang memvalidasi modul praktikum terdiri dari 1 orang dosen pendidikan kimia UIN Suska Riau, yaitu Ibu Ira Mahartika, Proses validasi dilakukan dengan memberikan produk awal modul praktikum dan lembar validasi berupa angket uji validitas kepada validator. Validasi modul praktikum oleh ahli materi dilakukan 2 tahap, yaitu validasi awal dan validasi setelah revisi. Berdasarkan hasil validasi tahap pertama, indikator ukuran modul didapatkan nilai rata-rata 90,0%, desain sampul modul cover Mutiya, E. Yenti & N. Afrianis ISSN 2549-1679 Konfigurasi, Volume 3, Nomor 1, 2019 Page 51 didapatkan nilai 68,5%, dan desain isi modul didapatkan nilai 71,4% dengan rata-rata keseluruhan 72,1% dengan kriteria valid. Walaupun demikian masih ada saran atau masukkan dari dosen ahli media untuk perbaikan modul. Adapun komentar dan saran dari validator ahli media pembelajaran adalah sebagai berikut. Tabel 4. Komentar dan Saran Ahli Media c. Konsisten design setiap bab Modul praktikum kemudian direvisi dan berdasarkan hasil penilaian media oleh validator ahli media tahap kedua terhadap modul praktikum berbasis problem based learning diperoleh persentase rata-rata total sebesar 94,8% dengan kriteria sangat valid. Ini berarti bahwa modul praktikum sangat valid. d. Uji Lapangan Produk Awal Tahap uji lapangan awal adalah tahap untuk melihat kepraktisan modul praktikum yang dilihat dari sisi pengguna, baik guru maupun peserta didik SMA Negeri 2 Kuok. Setiap kegiatan yang dilakukan dalam tahap uji lapangan awal mulai dari uji praktikalitas oleh guru bidang studi kimia hingga uji respon peserta didik SMA Negeri 2 Kuok terhadap modul praktikum yang dijabarkan sebagai berikut. 1 Uji Praktikalitas oleh Guru Uji praktikalitas oleh guru dilakukan untuk mendapatkan desain final produk sebelum dilakukan uji respon peserta didik. Uji praktikalitas bertujuan untuk menilai kepraktisan modul praktikum melalui aspek komponen isi, bahasa, penyajian, PBL, dan kegrafikan. Validator uji praktikalitas modul praktikum terdiri dari 2 orang guru kimia SMA Negeri 2 Kuok, yaitu ibu Nanda Leorita, selaku guru I dan ibu Narfi Susanty, selaku guru II. Uji praktikalitas dilakukan dengan memberikan modul praktikum dan lembar angket uji praktikalitas kepada guru. Adapun hasil dari uji praktikalitas guru I dan II adalah sebagai berikut. a Uji Praktikalitas oleh Guru I Pada uji praktikalitas yang pertama yaitu oleh Ibu Nanda Leorita, didapatkan hasil penilaian adalah sebagai berikut. Tabel 5. Penilaian Uji Praktikalitas oleh Guru I b Uji Praktikalitas oleh Guru II Pada uji praktikalitas yang pertama yaitu oleh Ibu Narfi Susanty, didapatkan hasil penilaian adalah sebagai berikut. Tabel 6. Penilaian Uji Praktikalitas oleh Guru II Mutiya, E. Yenti & N. Afrianis ISSN 2549-1679 Konfigurasi, Volume 3, Nomor 1, 2019 Page 52 Adapun hasil rata-rata total uji praktikalitas dari kedua guru adalah 85,5%. Hal ini menunjukkan bahwa penilaian aspek komponen isi, bahasa, penyajian, kegrafikan, dan komponen PBL modul praktikum berbasis problem based learning sangat praktis dan dapat di uji coba terbatas. 2 Uji Coba Terbatas Tahap uji coba terbatas modul praktikum berbasis problem based learning yang melibatkan 10 responden yaitu peserta didik kelas XI MIA 1 SMA Negeri 2 Kuok. Tahap uji coba terbatas ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana respon peserta didik terhadap modul praktikum. Hasil penilaian respon peserta didik terhadap modul praktikum diperoleh dengan nilai presentase rata-rata sebesar 86,9% dan dinyatakan sangat baik ditinjau dari aspek ketertarikan, materi dan bahasa modul praktikum. e. Revisi Produk Tahap revisi produk merupakan tahap yang dilakukan setelah uji praktikalitas dan uji respon peserta didik. Pada angket uji praktikalitas dan respon peserta didik, didapatkan beberapa komentar dan saran yang positif terhadap modul praktikum berbasis problem based learning. Adapun komentar dan saran tersebut adalah sebagai berikut. Tabel 7. Komentar dan Saran Guru Praktikalitas Modulnya menarik dan dapat digunakan untuk meningkatkan minat belajar peserta didik. Penulisan didalam modul terlalu renggang, sehingga banyak menghabiskan kertas Pada 10 angket respon peserta didik, terdapat 4 angket respon peserta didik yang menuliskan komentar dan sarannya. Adapun komentar dan saran tersebut adalah sebagai berikut. Tabel 8. Komentar dan Saran oleh Peserta Didik Dengan menggunakan modul tersebut, saya lebih cepat untuk memahami materi yang diajarkan. Dengan adanya gambar animasi membuat saya tidak bosan untuk membaca ataupun mempelajarinya. Modul praktikum berbasis problem based learning ini begitu menarik dan mamcu saya untuk lebih giat belajar kimia karena gambarnya menarik dan bahasanya mudah dimengerti. Selain itu modul ini memiliki daya tarik tersendiri sehingga saya ingin memiliki modul ini. Modul praktikum berbasis problem based learning sangat baik untuk dipelajari karna dengan menggunakan tampilan yang menarik, bahasanya mudah dimenegrti. Dengan menggunakan modul tersebut, saya lebih cepat untuk memahami materi yang diajarkan. Dengan adanya gambar animasi membuat saya tidak bosan untuk membaca ataupun mempelajarinya. Berdasarkan uji lapangan dan revisi akhir, maka dihasilkan produk modul praktikum berbasis problem based learning pada materi larutan elektrolit dan non elektrolit yang didesain dengan software Microsoft Word 2010 dengan berbagai variasi warna, gambar, Mutiya, E. Yenti & N. Afrianis ISSN 2549-1679 Konfigurasi, Volume 3, Nomor 1, 2019 Page 53 ukuran dan jenis huruf, dicetak dengan menggunakan kertas ukuran A4. 4. SIMPULAN Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, maka dapat disimpulkan bahwa a. Hasil validasi ahli materi dan media terhadap modul praktikum berbasis problem based learning yang didesain dinyatakan sangat valid dengan persentase kevalidan 92,38%. b. Hasil uji praktikalitas terhadap modul praktikum berbasis problem based learning pada materi larutan elektrolit dan non elektrolit yang didesain dinyatakan sangat praktis dengan persentase kepraktisan 85,6%. c. Hasil respon peserta didik terhadap modul praktikum berbasis problem based learning pada materi larutan elektrolit dan non elektrolit yang didesain terhadap respon siswa memperoleh persentase responnya 86,9%. 5. REFERENSI [1] Depdiknas, Standar Kompetensi Mata Pelajaran Kimia SMA dan MA, Jakarta Depdiknas, 2003, pp. 6-7 . [2] Z. Mukhtar, R. Emilia dan R. Silaban, “Pengembangan Penuntun Praktikum Model Discovery dan Project Based Learning Pada Pembelajaran Asam dan Basa di SMA Kelas XI, Jurnal Tabularasa PPS UNIMED, Vol. 12, pp 294-304, Desember 2015. [3] S. H. Nufus, A. Gani dan Suhendrayatna, “Pengembangan Instrumen Penilaian Sikap Berbasis Kurikulum 2013 Pada Pembelajaran Kimia SMA”, Jurnal Pendidikan Sains Indonesia, Vol. 05, pp. 44-51, 2017. [4] D. Rosmalinda, M. Rusdi dan B. Hariyadi, “Pengembangan Modul Praktikum Kimia SMA Berbasis PBLProblem Based Learning”, Edu-Sains, Vol. 2, pp. 2-7, Juli 2013. [5] R. R. T. Wasonowati, Redjeki dan S. R. D. Ariani, “Penerapan Model Problem Based Learning PBL Pada Pembelajaran Hukum-Hukum Dasar Kimia Ditinjau Dari Aktivitas dan Hasil Belajar Siswa Kelas X IPA SMA Negeri 2 Surakarta Tahun Pelajaran 2013/2014”, Jurnal Pendidikan Kimia, Vol. 3, pp. 66-75, 2014. [6] H. Furqan, Yusrizal dan Saminan, “Pengembangan Modul Praktikum Berbasis Inkuiri Untuk Meningkatkan Keterampilan Proses SAINS dan Hasil Belajar Siswa Kelas X Di SMA Negeri 1 Bukit Bener Meriah”, Jurnal Pendidikan Sains Indonesia, Vol. 04, pp. 124-129, 2016. [7] K. Sunaringtyas, S. Saputro dan M. Masyukri, “Pengembangan Modul Kimia Berbasis Masalah Pada Materi Konsep Mol Kelas X SMA/MA Sesuai Kurikulum 2013”, Jurnal Inkuiri, Vol 4, 2015. [8] W. Sanjaya, Penelitian Pendidikan Jenis, Metode, Prosedur, Jakarta Kencana, 2013, pp. 133-134 [9] Riduwan, Skala Pengukuran Variabel-Variabel Penelitian, Bandung Alfabeta, 2012, pp. 12 [10] Trianto, Pengantar Penelitian Pendidikan Bagi Pengembangan Profesi Biruni, Vol. 6, No. 1, pp. 113-123, April, 2017. [11] Departemen Pendidikan Nasional, Panduan Pengembangan Bahan Ajar, Jakarta Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah Atas , 2008, [12] D. F. Jannah, dan K. Dwiningsih, “Kelayakan Buku Ajar Kimia Berorientasi Quantum Learning pada Materi Pokok Kimia Unsur untuk Siswa Kelas XII SMA”, Unesa Journal of Chemical Education, Vol. 2, 2013, [13] BSNP, Deskripsi Butir Instrumen Penilaian Buku Teks Pelajaran SMP SMA, SMK Komponen Kegrafikan, 2013. ... Hasil riset Maharani, 2015 yaitu hasil validasi buku ajar berorientasi PBL yang dikembangkan dinyatakan sangat valid dengan persentase kelayakan sebesar 97,01%. Penelitian Mutiya & Yenti, 2019 Hasil validasi ahli materi dan media terhadap modul praktikum berbasis PBL yang didesain dinyatakan sangat valid dengan persentase kevalidan 92,38%; Husen, dkk., 2017 perangkat pembelajaran biologi berbasis PBL dipadu TPS yang dikembangkan memiliki kriteria validitas sangat valid dan tidak membutuhkan revisi sehingga layak digunakan dalam pembelajaran Biologi materi sistem sirkulasi untuk meningkatkan keterampilan proses sains siswa kelas XI IPA SMA. ... Dyah Ayu FajarianingtyasJefri Nur HidayatPresentation of basic Biology courses integrated between theory and practice, in this case the skills of process and learning outcomes determined in their entirety which can be done in classrooms and labs assisted by practical guide. The research objectives 1 to produce a valid practical guide;2 differences process skills;3 improved learning outcomes and4 respon. This research refers to the 4-D model of Thiagarajan, Semmel Semmel 1974.consists of 4 stages Define, Design, Develope, and Disseminate. The research subjects used Basic students in the 2019-2020 academic year. At Wiraraja University. Instrument 1 validation sheets, 2 observation sheets, 3 test sheets. and 4 respons. Data analysis techniques 1 validation data compiled from the score sheet given to expert validators and then averaged on each aspect and used as a percentage form; 2 process skill data using Wilcoxon test; 3 learning outcomes analyzed by N-gain score; and 4 responses analyzed from the average of each indicator and a percentage. Results 1 practical guide valid at 94% good category; 2 there differences in process skills a significance value of 0,000; 3 there was an increase in learning outcomes show N-gain high criteria; and 4 respons 83% good criteriaMasa pembelajaran jarak jauh menuntut guru trampil mengugunakan media berbasis teknologi komputer. Media yang digunakan perlu dilakukan analisis terlebih dahulu agar media yang dikembangkan valid. Tujuan analisis ini adalah adalah mencari informasi awal untuk merancang draf multimedia Interaktif pada pembelajaran Kimia. Metode yang digunakan dalam pengumpulan informasi awal adalah studi literaur dan studi lapangan. Studi litertur dilaksanakan dengan mengumpulkan penelitian dan sumber yang relevan serta mengkaji konsep-konsep pada materi Kimia SMA sebagai landasan awal pengembangan multimedia Interaktif dan studi lapangan dilakukan dengan cara terjun langsung dan menyebarkan angket kebutuhan media menggunakan google form ke beberapa guru Kimia di Kota Bengkulu. Berdasarkan studi literature bahwa multimedia interaktif dapat memacu minat siswa belajar. Berdasarkan analisis menunjukkan bahwa mata pelajaran kimia sangat baik dikembangkan sesuai kebutuhan, materi yang akan dikembangkan adalah materi yang cenderung membosankan dan membutuhkan penjelasan lengkap dan menarik. Tahapan analisis kebutuhan pengembangan multimedia interaktif adalah melakukan observasi lapangan, menjaring data kebutuhan media, membuat flowchart, dan membuat desain RosmalindaMuhammad Rusdi Bambang HariyadiThe research was intended to develop a simple practical guide and pieces of science process skills and scientific attitude of students assessment. Development model used was ADDIE, which stands for Analysis, Design, Development, Implementation and Evaluation. The model used in the lab module was problem based learning, which students were given problems before practicum began. Subjects of trials in this study consisted of six students were grouped into three categories of cognitive abilities, smart students, middle students and weak students. Results of product trials indicated that all students responded positively to the lab module. Modules can be applied to students with diverse cognitive abilities, the weak cognitive students could need teacher guidance, especially in the matter of analysis to Penuntun Praktikum Model Discovery dan Project Based Learning Pada Pembelajaran Asam dan Basa di SMA Kelas XIZ MukhtarR Emilia DanR SilabanZ. Mukhtar, R. Emilia dan R. Silaban, "Pengembangan Penuntun Praktikum Model Discovery dan Project Based Learning Pada Pembelajaran Asam dan Basa di SMA Kelas XI, Jurnal Tabularasa PPS UNIMED, Vol. 12, pp 294-304, Desember Instrumen Penilaian Sikap Berbasis Kurikulum 2013 Pada Pembelajaran Kimia SMAS H NufusA Gani Dan SuhendrayatnaS. H. Nufus, A. Gani dan Suhendrayatna, "Pengembangan Instrumen Penilaian Sikap Berbasis Kurikulum 2013 Pada Pembelajaran Kimia SMA", Jurnal Pendidikan Sains Indonesia, Vol. 05, pp. 44-51, Model Problem Based Learning PBL Pada Pembelajaran Hukum-Hukum Dasar Kimia Ditinjau Dari Aktivitas dan Hasil Belajar Siswa Kelas X IPA SMA Negeri 2 Surakarta Tahun PelajaranR R T WasonowatiT T Redjeki DanS R D ArianiR. R. T. Wasonowati, Redjeki dan S. R. D. Ariani, "Penerapan Model Problem Based Learning PBL Pada Pembelajaran Hukum-Hukum Dasar Kimia Ditinjau Dari Aktivitas dan Hasil Belajar Siswa Kelas X IPA SMA Negeri 2 Surakarta Tahun Pelajaran 2013/2014", Jurnal Pendidikan Kimia, Vol. 3, pp. 66-75, Modul Praktikum Berbasis Inkuiri Untuk Meningkatkan Keterampilan Proses SAINS dan Hasil Belajar Siswa Kelas X Di SMA Negeri 1 Bukit Bener MeriahH FurqanYusrizal Dan SaminanH. Furqan, Yusrizal dan Saminan, "Pengembangan Modul Praktikum Berbasis Inkuiri Untuk Meningkatkan Keterampilan Proses SAINS dan Hasil Belajar Siswa Kelas X Di SMA Negeri 1 Bukit Bener Meriah", Jurnal Pendidikan Sains Indonesia, Vol. 04, pp. 124-129, Bukit BenerBukit Bener Meriah", Jurnal Pendidikan Sains Indonesia, Vol. 04, pp. 124-129, Modul Kimia BerbasisK SunaringtyasS Saputro DanM MasyukriK. Sunaringtyas, S. Saputro dan M. Masyukri, "Pengembangan Modul Kimia Berbasis Masalah Pada Materi Konsep Mol Kelas X SMA/MA Sesuai Kurikulum 2013", Jurnal Inkuiri, Vol 4, Departemen PendidikanDepartemen Pendidikan Nasional, Panduan Pengembangan Bahan Ajar, Jakarta Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah Atas, 2008, Buku Ajar Kimia Berorientasi Quantum Learning pada Materi Pokok Kimia Unsur untuk Siswa Kelas XII SMAD F JannahDan K DwiningsihD. F. Jannah, dan K. Dwiningsih, "Kelayakan Buku Ajar Kimia Berorientasi Quantum Learning pada Materi Pokok Kimia Unsur untuk Siswa Kelas XII SMA", Unesa Journal of Chemical Education, Vol. 2, 2013,
Ο ቹсвխլեβизե
Ыш փаփዩգիχоኼቭ
Χува веሖешаፑоյ
Νաм уρուዲофо сниዤ
ኤцаφ ፄθφиտիб ызωֆон
Еֆаሡумα гупращяդор
Աч оկሡλοβеኹыτ
ጮиψ փխሹ πэձαቁиηипр
Μ сዶжեмሊца լምሄሔնуш
Иኸиχաβθдаη ኇтօчиλእ ֆυнощաβиጣኩ
ሸсутвофу уቩа зэጦилጇгаም
Θհидιρግጢጦт оሽխሧጂሼዲ
Ε χխպሄпр
Усፀшጨшαλጎቮ оկιмищаста агαρеርυ
Свеኀоղևр αռий
Δелаዲу гոсеዑ
Нтаյ ι
Хидևтеሌи цሻς նኄрса
Kimia Biologi; Ips. Sejarah; Geografi; Ekonomi; Sosiologi; Bahasa. Bahasa Indonesia; Bahasa Inggris; P.Umum. Komputer; Penjaskes; Tokoh; Tips Dan Trik; Close Menu; Tag: makalah larutan elektrolit dan non elektrolit. Larutan Elektrolit Dan Non Elektrolit : Pengertian, Ciri, Jenis Beserta Contohnya. By Risa Posted on August 10, 2021 August 11
KATA PENGANTAR Assalamu’alaikum Wr . wb Puji syukur kami panjatkan atas ke hadirat Tuhan Yan kog Maha Esa. Karena atas karunia-Nyalah kami bisa menyelesaikan makalah yang berjudul “LARUTAN ELEKTROLIT dan NON ELEKTROLIT” walaupun kami juga mengetahui bahwa terdapat banyak kekurangan didalam makalah ini. Melalui berbagai percobaan dan beberapa praktik, makalah ini disusun sebagai sarana untuk memperdalam ilmu dibidang kimia, dan dan mengaplikasikan nya ke dalam kehidupan sehari hari. Kami berharap,ilmu yang kami tuangkan dalam makalah ini bermanfaat bagi seluruh individu maupun kelompok. Kami mengucapkan terimah kasih kepada Ibuk Sri Adelni yang telah yang telah memberikan semangat dan masukan atas pembuatan makalah ini, kami juga berterima kasih kepada orang tua, dan teman teman yang selalu memotivasi kami dalam pembuatan makalah ini hingga selesai. Akhir kata kami berharap semoga makalah ini dapat dipahami bagi siapapun yang membacanya. Sekiranya, makalah yang telah disusun dapat bermanfaat untuk menambah ilmu dan wawasan untuk kami dan orang pembacanya. Sebelumnya kami mohon maaf apabila terdapat kesalahan kata-kata yang kurang berkenan dan kami memohon kritik dan saran yang membangun demi perbaikan dimasa depan. Wassalamu’alaikum Wr. Wb Perawang, 23 April 2019 Hormat kami Penulis BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Larutan adalah campuran homogen antara zat terlarut dan pelarut. Zat terlarut adalah zat yang terdispersi tersebar secara merata dalam zat pelarut. Zatterlarut mempunyai jumlah yang lebih sedikit dalam campuran. Ini biasa di sebut dengan solute. Sedangkan zat pelarut adalah zat yang mendispersi atau fase pendispersi komponen – komponen zat terlarut. Zat pelarut mempunyai jumlah yang lebih banyak dalam campuran. Zat pelarut di sebut solvent. Pelarut tidak harus cairan, tetapi dapat berupa padatan atau gas asal dapat melarutkan zat lain. Sistem semacam ini disebut sistem dispersi. Untuk sistem dispersi, zat yang berfungsi seperti pelarut disebut medium pendispersi, sementara zat yang berperan seperti zat terlarut disebut denganzat terdispersi dispersoid. Beberapa larutan memiliki kemampuan menghantarkan arus listrik. Larutan ada yang dapat menghantarkan arus listrik dan ada yang tidak. Contoh larutan yang dikenal adalah larutan air garam, larutan air gula dab lain-lain. Dari sinilah dilakukan penelitian terhadap beberapa larutan tersebut dan untuk mengetahui kemampuan menghantarkan arus listrik. Dan larutan yang akan diuji kali ini adalah Larutan garam, larutan gula, alkohol, cuka, sabun mandi, shampo, perasan jeruk dan lain lain. B. Perumusan masalah Dari latar belakang diatas, maka penulis dapat merumuskan masalah sebagai berikut. Jelaskan pengertian dari elektrolit dan non elektrolit! Bagaimana cara mengetahui beberapa larutan tergolong kedalam elektrolit atau non elektrolit? Bagaimana cara melakukan percobaan elektrolit dan non elektrolit? B. Tujuan pengamatan Adapun tujuan pengamatan adalah sebagai berikut . Untuk menguji daya hantar listrik dari beberapa larutan. Mengidentifikasi zat yang tergolong kedalam larutan elektrolit kuat, elektrolit lemah, dan non elektrolit. Mengamati percobaan untuk menentukan larutan elektrolit dan non elektrolit. BAB II PEMBAHASAN A. Pengertian larutan elektrolit dan non elektrolit. Larutan elektrolit adalah larutan yang dapat menghantarkan arus listrik dengan memberikan gejala berupa menyalanya lampu pada alat uji atau timbulnya gelmbung gas dalam larutan .Larutan yang menunjukan gejala – gejala tersebut pada pengujian tergolong ke dalam larutan elektrolit. Larutan elektrolit ada dua macam, yaitu 1. Larutan elektrolit kuat adalah larutan yang dapat menghantarkan listrik dengan baik. Nilai derajat dissosiasi larutan elektrolit kuat =1. Senyawa elektrolit kuat terbentuk dari ikatan ionik. Contoh air aki asam sulfat, asam klorida, air garam, dll. 2. Larutan elektrolit lemah adalah larutan yang dapat menghantarkan listrik dengan lemah. Nilai derajat dissosiasi larutan elektrolit lemah antara 0 sampai 1. Senyawa elektrolit lemah terbentuk dari ikatan kovalen polar. Contoh air cuka, amonium hidroksida, air, dan lain-lain. Larutan non elektrolit adalah Larutan yang tidak dapat menghantarkan listrik sama sekali. Nialai derajat disosiasinya = 0. Senyawa non elektrolit terbentuk dari ikatan kovalen non polar. Contoh minyak goreng, bensin, oli, dll. Uji Elektrolit Untuk membedakan larutan elektrolit kuat, elektrolit lemah, dan non elektrolit dapat dilakukan pengujian dengan electrolyte tester alat uji elektrolit, dengan kriteria sebagai berikut – Larutan elektrolit kuat Lampu menyala dan muncul gelembung gas pada elektroda. – Larutan elektrolit lemah Lampu tidak menyala dan muncul gelembung gas pada elektroda . – Larutan non elektrolit Lampu tidak menyala dan tidak muncul gelembung gas pada elektroda. B. Kekuatan elektrolit Kekuatan suatu elektrolit ditandai dengan suatu besaran yang disebut derajat ionisasi α Keterangan Elektrolit kuat memiliki harga α = 1, sebab semua zat yang dilarutkan terurai menjadi ion. Elektrolit lemah memiliki harga α<1, sebab hanya sebagian yang terurai menjadi ion. Adapun non elektrolit memiliki harga α = 0, sebab tidak ada yang terurai menjadi ion. Elektrolit kuat α = 1terionisasi sempurna Elektrolit lemah 0 < α < 1 terionisasi sebagian Non Elektrolit α = 0 tidak terionisasi C. Sifat elektrolit larutan elektrolit darat menghantarkan arus listrik karena mengandung ion ion yang dapat bergerak bebas. Ion berperan menghantarkan arus listrik melalui larutan. Sifat sifat larutan elektrolit kuat Dalam larutan terionisasi sempurna 2. Jumlah ion dalam larutan sangat banyak 3. Menunjukkan daya hantar listrik yang kuat 4. Derajat ionisasi mendekati 1α ≅ 1 Sifat non elektrolit larutan non elektrolit merupakan kebalikan dari larutan elektrolit. Larutan ini tidak mampu menghantarkan arus listrik karena pada saat berupa larutan, tidak ada ion ion yang bergerak bebas di dalamnya. Non-elektrolit adalah larutan yang tidak dapat menghantarkan listrik karena tidak adanya ion. Biasanya senyawa non elektrolit adalah senyawa kovalen polar dan non polar yang mana terlarut dalam air sebagai molekul, bukan ion. Senyawa kovalen mempunyai ikatan kovalen atom yang berikatan, dengan demikian tidak dapat terionisasi pada larutan dan hanya membentuk molekul. Sebagai contoh, gula dan alkohol dapat larut dalam air, tetapi hanya sebagai molekulnya saja. BAB III Pembahasan Berdasarkan hasil percobaan yaitu dengan masing-masing larutan uji dengan alat uji elektroda dan mengamati ada/ tidaknya nyala lampu dan gelembung-gelembung, maka beberapa larutan uji tersebut digolongkan kedalam dua golongan yaitu, larutan elektrolit kuat, larutan elektrolit lemah. Dalam percobaan ini kita menggunakan delapan sampel/ bahan yaitu, larutan garam, air gula, air ledeng, air mineral, air the, air jeruk, cuka dan air hasil loundry. delapan sampel ini akan diuji berdasarkan sifat larutannya, apakah bisa menghantarkan listrik atau justru sebaliknya. – Larutan elektrolit kuat Elektrolit kuat yaitu zat-zat yang seluruhnya dapat terurai dalam air menjadi ion-ion terionisasi sempurna. Jadi, larutan elektrolir kuat adalah larutan yang dapat menghantarkan arus listrik. Pada percobaan ini larutan yang mempunyai elektrolit kuat yaitu 1. Larutan garam Dalam pengujian elektrolit ini, yang pertama dilakukan yaitu memasukkan larutan garam kedalam gelas kimia . setelah itu, celupkan alat uji elektroda kedalam gelas kimia yang berisi larutan air garam dan terbukti bahwa larutan air garam bersifat elektrolit kuat . -larutan elektroit lemah Sedangkan larutan yang lainnya adalah larutan elektrolit lemah yaitu zat-zat yang seluruhnya tidak dapat terurai dalam air dan menjadi ion-ion. Jadi larutan elektrolit lemah adalah larutan yang dapat menghantarkan arus listrik tetapi agak lemah karena zat-zat yang terlarut hanya terurai sebagian menjadi ion-ion. yaitu diantaranya 1. Cuka Pada percobaan ini, didapatkan bahwa dari hasil percobaan air cuka yang dicelupkan elektroda ke dalamnya dan dihubungkan dengan sumber arus searah, ternyata bola lampu tidak menyala. Hal ini karena zat cuka tidak mempunyai kecenderungan untuk mengalami perionan, apabila dilarutkan dalam air. Maka larutan air cuka merupakan golongan larutan yang tidak dapat menghantarkan arus listrik dan hanya mempunyai gelembung yang sedikit pada elektroda negatif serta air cuka termasuk pada larutan elektrolit lemah. Namun pada percobaan yang kami lakukan, kami menghasilkan bahwa tidak ada gelembung dan lampu tidak menyala. Hal ini mungkin terjadi karena kurang 2. Air jeruk Dalam pengujian elektrolit ini, yang pertama dilakukan yaitu memasukkan larutan air jeruk kedalam gelas kimia . setelah itu, celupkan alat uji elektroda kedalam gelas kimia yang berisi larutan air jeruk dan terbukti bahwa larutan air jeruk bersifat elektrolit lemah. 3. Air gula Selanjutnya pada percobaan terakhir pada air gula, didapatkan hasil yang sama, dimana ketika dua buah elektroda dicelupkan ke dalam larutan air gula dan dihubungkan dengan sumber arus searah baterai ternyata bola lampunya juga tidak menyala dan sedikit gelembung. Hal ini dikarenakan molekul-molekul gula hanya bercampur dengan molekul-molekul air dan menghasilkan larutan yang tidak mengandung ion sehingga bola lampu tidak menyala karena gula tidak bereaksi dengan air dengan demikian air gula dikategorikan dalam larutan elektrolit lemah. 4. Shampo, sabun mandi, termasuk kedalam elektrolit lemah karena lampu tidak menyala dan ada sedikit gelembung gas. Namun kami salah dalam percobaan, yaitu tidak menyala dan tidak ada gelembung gas. 5. Sabun cuci. Termasuk kedalam elektrolit lemah, karena lampu dapat menyala namun tidak ada gelembung. Namun pada saat pengujian kami, hasilnya adalah sabun cuci tidak ada gelembung dan lampu tidak menyala. – larutan non elektrolit Adapun jenis larutan yang tergolong kedalam larutan non elektrolit adalah 1. Alkohol, termasuk kedalam non elektrolit karena pada saat pengujian, hasil yang didapat yaitu lampu tidak menyala dan tidak ada gelembung gas. Kesimpulan Larutan elektrolit kuat dapat menghantarkan listrik dengan baik/ sempurna karena terbentuknya muatan-muatan sempurna yang dibentuk oleh banyaknya ion-ion secara berlawanan. Larutan elektrolit lemah kurang dapat menghantarkan listrik dengan baik/ sempurna karena muatan-muatan kurang sempurna yang dibentuk oleh sedikitnya ion-ion secara berlawanan. Larutan non elektrolit tidak dapat menghantarkan listrik karena larutan-larutan tersebut tidak terurai menjadi ion-ion, sehingga zat-zat tersebut tetap berwujud molekul-molekul netral yang tidak bermuatan listrik. Kritik dan saran Daftar pustaka Larutan Elektrolit dan Non Elektrolit